Jumat, 21 Maret 2014

AKIBAT-AKIBAT BERAMAL DENGAN TIDAK SUNGGUH-SUNGGUH


Sebagian besar orang menganggap bahwa kelalaian yang diperlihatkan banyak orang untuk hidup dengan prinsip-prinsip Islam sebagai suatu hal yang biasa saja. Itulah sebabnya mengapa mereka tidak berupaya sungguh-sungguh untuk menghilangkan sikap ini. Sungguh, mereka tidak merasakan adanya bahaya yang dapat menyeret seseorang ke dalam kerugian yang sangat besar untuk selama-lamanya. Namun di dalam al-Qur'an, Allah mengingatkan akan bahaya penyakit ini dan bahayanya. Di akhirat nanti tidak seorang pun akan diberi kesempatan untuk membela diri atas kerugian yang diakibatkan oleh kelalaiannya. Ada gunanya di sini untuk menggarisbawahi beberapa kerugian yang diderita oleh orang-orang yang lalai:
Di dalam al-Qur'an Allah berfirman:
"Sungguh Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa." (Q.s. al-Hajj: 40).
Allah adalah pelindung bagi orang-orang yang benar-benar berpegang teguh pada agama dan hanya mencari keridhaan-Nya. Dengan demikian, orang-orang yang berpendirian bahwa menarik diri atau tinggal di belakang itu lebih bermanfaat, maka mereka tidak akan memperoleh pertolongan Allah. Orang-orang seperti ini tidak akan mendapatkan hikmah atau kejernihan hati nurani. Mereka tidak dapat meningkatkan kegairahannya yang berlandaskan pada iman yang lurus. Karena mereka mengerjakan sebagian perintah al-Qur'an dan meninggalkan sebagian lainnya, mereka tidak memperoleh petunjuk kepada jalan yang benar. Keputusan dan perilaku mereka berdasarkan pada pemikiran jahil yang tidak dapat membantu mereka untuk memperoleh keberhasilan hakiki.
Hati mereka yang lalai menyebabkan pikiran mereka dalam keadaan malas dan lalai. Mereka menjadi malas, dan karena tidak melakukan usaha yang sungguh-sungguh untuk melakukan perbuatan yang memasukkan mereka ke dalam surga, mereka tidak pernah menyelesaikan tugas dalam waktu yang tepat. Mereka tidak mempunyai alasan untuk segera menyelesaikan tugas atau mengerahkan energi secara fisik maupun mental. Jika menghadapi suatu masalah, mereka tidak mampu mengatasinya dengan teguh, sekalipun barangkali memiliki kemampuan untuk menemukan banyak penyelesaian. Singkatnya, pekerjaan-pekerjaan orang-orang yang tidak bersemangat itu biasanya tidak produktif dan tidak membuahkan hasil. Apa pun uzur yang mereka ajukan, sesungguhnya adalah karena mereka tidak memiliki semangat dan kegembiraan atas iman.
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa orang-orang yang memiliki penyakit semacam itu membuat kerugian paling besar kepada diri mereka sendiri, karena lepas dari apa pun kerugian yang mereka derita di dunia ini, mereka pun akan mengalami kekecewaan di akhirat kelak. Kemudian mereka akan menyesal, karena tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang dimuliakan:
"Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila Kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: 'Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang Kiamat itu!', sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amatlah buruk apa yang mereka pikul itu." (Q.s. al-An'am: 31).
Di akhirat mereka akan melihat bahwa apa yang mereka kerjakan dahulu secara berpura-pura atau telah mereka hindari seluruhnya telah mendatangkan kerugian kepada mereka. Demikian pula, mereka akan menyaksikan bahwa apa pun yang telah mereka tunaikan tidak berguna, karena mereka dahulu tidak mampu memahami pentingnya mencapai keridhaan Allah dan tidak melakukan amal yang dibutuhkan untuknya. Pendek kata, apa pun yang telah mereka kerjakan akan menjadi sia-sia.
"Dan orang-orang beriman akan mengatakan: 'Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?' Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi." (Q.s. al-Ma'idah: 53).
"Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan (karena) mereka membenci (apa yang menimbulkan) keridhaan-Nya; sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka." (Q.s. Muhammad: 28).
"Sesungguhnya orang-orang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah serta memusuhi rasul setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikit pun. Dan Allah akan menghapuskan (pahala) amal-amal mereka." (Q.s. Muhammad: 32).
"Banyak muka pada hari itu tunduk terhina. Bekerja keras lagi kepayahan." (Q.s. al-Ghasyiyah: 2-3).1
Selanjutnya, pada saat pengadilan nanti orang-orang ini akan menerima kitab catatan amalnya dengan tangan kiri, sekalipun mereka berharap bahwa mereka akan menerimanya dengan tangan kanan. Mereka menyangka bahwa dengan hidup di tengah-tengah orang-orang beriman semasa masih di dunia dahulu, akan mendatangkan keselamatan bagi mereka di akhirat nanti. Meskipun demikian, sebagaimana disebutkan sebelumnya, setiap orang akan diberikan catatan amalnya satu per satu di hadapan Allah. Semangat dan amal saleh dari orang-orang lain tidak akan mendatangkan kebaikan apa pun kepada mereka. Pada hari itu orang-orang yang dahulunya lalai akan berseru kepada orang-orang beriman:
"Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?" (Q.s. al-Hadid: 14).
Namun, akan dikatakan kepada mereka:
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu." (Q.s. al-Isra': 14).
Kemudian mereka akan melihat kenyataan apa yang dahulunya telah mereka peroleh dan menyadari akan semua yang telah mereka abaikan. Selanjutnya, mereka akan mengakui bahwa diri mereka memang pantas mendapatkan balasan yang memang patut untuk mereka terima.
CARA MENGATASI KELOYOAN
Satu-satunya Cara agar Tidak Loyo: Takwa kepada Allah
Seseorang yang memahami bahwa akar dari kelalaian ini (suatu penyakit perilaku yang berbahaya) terletak pada kelemahan iman, hendaknya segera beralih kepada metode-metode yang telah diajarkan di dalam al-Qur'an guna menyembuhkan dirinya sendiri dari penyakit ini. Pertama-tama, ia mesti menyadari bahwa sumber kekuatan yang utama adalah kesadaran terhadap Allah dan mengerahkan upaya-upaya untuk mencapainya. Melalui perenungan yang dalam ia harus berjuang mencapai keimanan yang dalam pula. Ia mesti berdoa kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya, sambil tidak ragu-ragu melakukan apa saja yang dapat memperbaiki keadaannya.
Tidak diragukan, dalam keadaan demikian ini seseorang perlu menggunakan akalnya. Di dalam al-Qur'an, Allah menunjukkan bahwa menggunakan akal adalah cara yang dapat membimbing seseorang untuk menuju ke jalan yang benar. Seseorang mesti memikirkan wujud dan kebesaran Allah, kasih sayang-Nya kepada umat manusia, dan selanjutnya memahami pentingnya berupaya untuk menggapai keridhaan-Nya. Demikian pula, ia mesti memikirkan tujuan ia diciptakan dan bagaimana Allah mengujinya. Ia mesti menyadari bahwa Allah bersamanya dan senantiasa melihat dan mendengarnya. Ia harus senantiasa mengingat bahwa apa pun yang dikerjakannya, entah itu dianggap penting atau sepele, diketahui oleh Allah dan bahwa kelak ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa-apa yang dikerjakannya pada Hari Pengadilan nanti.
Ia juga harus mengingat bahwa kematian sangat dekat dan dapat mendatanginya secara tiba-tiba. Lagi pula, ia mesti memahami kenyataan bahwa hidup di dunia ini singkat saja dan bahwa menyibukkan diri untuk melakukan amal-amal kebajikan agar mendapat surga merupakan hal yang sangat penting.
Ia hendaknya merenungkan betapa indahnya surga dan kesenangan luar biasa dari berbagai macam kenikmatan yang ada di sana, dan berupaya untuk memahami konsep keabadian. Ia hendaknya menyadari bahwa neraka adalah sebuah tempat yang diciptakan hanya untuk memberikan kesengsaraan kepada tubuh dan jiwa manusia; tak ada hal-hal yang baik, menggembirakan dan menyenangkan di sana, dan para penghuninya akan tinggal di sana untuk selama-lamanya. Ia harus menyadari bahwa ia akan dirundung penyesalan yang mendalam setiap saat dalam kehidupan abadinya nanti bila ia tidak mengindahkan peringatan ini dengan serius.
Jika seseorang memikirkan dengan serius, tentulah ia akan sampai pada kesimpulan yang tepat. Ia akan melihat bahwa daripada menemui akhir seperti itu, adalah lebih mudah bila mengikuti suara hatinya dan berpegang teguh kepada agama secara sungguh-sungguh. Dengan begitu, ia akan membuat keputusan yang tepat dan mencurahkan segenap kehidupannya - tidak lebih dari beberapa dasawarsa saja - untuk mencapai keridhaan Allah, kasih sayang dan rahmat-Nya, dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh surga yang dijanjikan oleh Allah.
Merenungkan kemungkinan untuk berada di neraka walau hanya sesaat saja menyebabkan seseorang mengubah tingkah lakunya karena neraka adalah tempat dimana rasa sesal di dunia ini dapat dibandingkan dengan rasa sesal yang dirasakan di sana. Demikian pula, tak ada rasa sakit di dunia ini yang lebih berat daripada rasa sakit di neraka. Dengan membaca ayat-ayat yang berkenaan dengan neraka, dalam rangka memperoleh sebuah pemahaman yang utuh tentangnya sebagai sesuatu yang mesti dihindari adalah cara yang efektif agar menjadi lebih bersemangat.
Setiap orang hendaknya memikirkan fakta-fakta ini dan menyadari bahwa kurangnya semangat adalah hasil dari penyimpangan cara pandang atas dunia ini dan akhirat, dan selanjutnya mulai menyibukkan diri dengan amal-amal saleh sesegera mungkin. Ia harus ingat bahwa kelalaian yang ditunjukkannya dalam menghadapi kejadian-kejadian di seputar dirinya dapat menyebabkannya, pada saat itu, kehilangan kepekaan hati nuraninya secara menyeluruh. Dengan demikian, ia harus segera menghindari kondisi semacam itu:
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik." (Q.s. al-Hadid: 16).
Pada ayat lain Allah juga mengingatkan tentang mengerasnya hati:
"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan." (Q.s. al-Baqarah: 74).
Pada ayat di atas Allah telah memberikan sebuah contoh mengenai bebatuan yang darinya muncul air dan bebatuan lainnya yang pecah berantakan karena takut kepada-Nya. Takut kepada Allah, sebagaimana diungkapkan dalam contoh ini, akan membuat orang-orang yang tidak bersemangat menjadi bersemangat, dan membimbing mereka untuk menerapkan nilai-nilai kesalehan sehingga mereka dapat berlomba-lomba dalam kebajikan di jalan Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar